Tim nasional sepak bola Indonesia pernah memiliki kebanggaan tersendiri, menjadi timAsia pertama yang berpartisipasi di Piala Dunia FIFA pada tahun 1938. Saat itu mereka masih membawa nama Hindia Belanda dan kalah 6-0 dari Hongaria, yang hingga kini menjadi satu-satunya pertandingan mereka di turnamen final Piala Dunia. Ironisnya, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak dan memiliki masyarakat dengan minat yang sangat tinggi terhadap olahraga sepak bola, menjadikan sepak bola olahraga terpopuler di Indonesia (selain bulu tangkis), namun Indonesia tidaklah termasuk jajaran tim-tim kuat di Konfederasi Sepak bola Asia.
Daftar isi[sembunyikan] |
[sunting]
Sejarah
Pada tahun 1930-an, di Indonesia berdiri tiga organisasi sepak bola berdasarkan suku bangsa, yaitu Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB)yang lalu berganti nama menjadi Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU) pada tahun 1936 milik bangsa Belanda, Hwa Nan Voetbal Bond (HNVB) milik seseorang yang berketurunan Tionghoa, dan Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia milik bumiputra. Nederlandsch Indische Voetbal Bond(NIVB) sebuah organisasi sepak bola orang-orang Belanda di Hindia Belanda menaruh hormat kepada PSSI lantaran SIVB yang memakai bintang-bintang dari NIVB kalah dengan skor 2-1 melawan VIJ.
NIVU yang semula memandang sebelah mata PSSI akhirnya mengajak bekerjasama. Kerjasama tersebut ditandai dengan penandatanganan Gentlemen’s Agreement pada 15 Januari 1937. Pascapersetujuan perjanjian ini, berarti secara de facto dan de jure Belandamengakui PSSI. Perjanjian itu juga menegaskan bahwa PSSI dan NIVU menjadi pucuk organisasi sepak bola di Hindia Belanda. Salah satu butir di dalam perjanjian itu juga berisi soal tim untuk dikirim ke Piala Dunia, dimana dilakukan pertandingan antara tim bentukanNIVU melawan tim bentukan PSSI sebelum diberangkatkan ke Piala Dunia (semacam seleksi tim). Tapi NIVU melanggar perjanjian dan memberangkatkan tim bentukannya.NIVU melakukan hal tersebut karena tak mau kehilangan muka, sebab PSSI pada masa itu memiliki tim yang kuat. Dalam pertandingan internasional, PSSI membuktikannya. Pada 7 Agustus 1937 tim yang beranggotakan, di antaranya Maladi, Djawad,Moestaram, Sardjan, berhasil menahan imbang 2-2 tim Nan Hwa dari Cina di Gelanggang Union, Semarang. Padahal Nan Hwa pernah menyikat kesebelasan Belanda dengan skor 4-0. Dari sini kedigdayaan tim PSSI mulai kesohor.
Atas tindakan sepihak dari NIVU ini, Soeratin Sosrosoegondo, ketua PSSI yang juga aktivis gerakan nasionalisme Indonesia,sangat geram. Ia menolak memakai nama NIVU. Alasannnya, kalau NIVU diberikan hak, maka komposisi materi pemain akan dipenuhi orang-orang Belanda. Tapi FIFA mengakui NIVU sebagai perwakilan dari Hindia Belanda. Akhirnya PSSI membatalkan secara sepihak perjanjian Gentlemen’s Agreement saat Kongres di Solo pada 1938.
Maka sejarah mencatat mereka yang berangkat ke Piala Dunia Perancis 1938 mayoritas orang Belanda. Mereka yang terpilih untuk berlaga di Perancis, yaitu Bing Mo Heng (kiper), Herman Zommers, Franz Meeng, Isaac Pattiwael, Frans Pede Hukom, Hans Taihattu, Pan Hong Tjien, Jack Sammuels, Suwarte Soedermadji, Anwar Sutan, dan Achmad Nawir (kapten). Mereka diasuh oleh pelatih sekaligus ketua NIVU, Johannes Mastenbroek. Mo Heng, Nawir, Soedarmadji adalah pemain-pemain pribumi yang berhasil memperkuat kesebelasan Hindia Belanda, tetapi bertanding di bawah bendera kerajaan Nederland. [3]
[sunting]
Indonesia pada tahun 1938 (di masa penjajahan Belanda) sempat lolos dan ikut bertanding di Piala Dunia 1938. Waktu itu TimIndonesia di bawah nama Dutch East Indies (Hindia Belanda), peserta dari Asia yang pertama kali lolos ke Piala Dunia. Indonesiatampil mewakili zona Asia di kualifikasi grup 12. Grup kualifikasi Asia untuk Piala Dunia 1938 hanya terdiri dari 2 negara, Indonesia(Hindia Belanda) dan Jepang karena saat itu dunia sepak bola Asia memang hampir tidak ada. Namun, Indonesia akhirnya lolos ke finalPiala Dunia 1938 tanpa harus menyepak bola setelah Jepang mundur dari babak kualifikasi karena sedang berperang dengan Cina.
[sunting]
Pertandingan melawan Hongaria
Pada 5 Juni 1938, sejarah mencatat pembantaian tim Hungaria terhadap Hindia Belanda. Mereka bermain di Stadion Velodrome Municipale, Reims, Perancis. Sekitar 10.000 penonton hadir menyaksikan pertandingan ini. Sebelum bertanding, para pemain mendengarkan lagu kebangsaan masing-masing. Kesebelasan Hindia Belanda mendengarkan lagu kebangsaan Belanda Het Wilhelmus. Karena perbedaan tinggi tubuh yang begitu mencolok, walikota Reims menyebutnya, "saya seperti melihat 22 atlet Hungaria dikerubungi oleh 11 kurcaci."
Meski strategi tak bisa dibilang buruk, tapi Tim Hindia Belanda tak dapat berbuat banyak. Pada menit ke-13, jala di gawang Mo Heng bergetar oleh tembakan penyerang Hongaria Vilmos Kohut. Lalu hujan gol berlangsung di menit ke-15, 28, dan 35. Babak pertama berakhir 4-0. Nasib Tim Hindia Belanda tamat pada babak kedua, dengan skor akhir 0-6. Pada saat itu Piala Dunia memakai sistem knock-out.
Meskipun kalah telak, surat kabar dalam negeri, Sin Po, memberikan apresiasinya pada terbitan mereka, edisi 7 Juni 1938 dengan menampilkan headline: "Indonesia-Hongarije 0-6, Kalah Sasoedahnja Kasi Perlawanan Gagah".[4]
Setelah penampilan perdana itu, Indonesia tidak pernah lagi masuk babak pertama Piala Dunia FIFA, dengan hasil paling memuaskan adalah Sub Grup III Kualifikasi Piala Dunia FIFA 1986. Ketika itu Indonesia hampir lolos ke Piala Dunia 1986 tetapi Indonesia kalah di partai final kualifikasi melawan Korea Selatan dengan agregat 1-6.
[sunting]
Era 1950
Setelah era Perang Dunia kedua, pada tahun 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaan mereka pada tanggal 17 Agustus 1945.
Setelah itu, sepak bola Indonesia mengalami kemajuan di Asia. Mereka berhasil lolos ke Olimpiade Melbourne 1956. Indonesia berhasil melaju ke perempat final dan bertemu dengan raksasa dunia ketika itu, Uni Soviet yang ketika itu dikapteni oleh kiper terbaik dunia ketika itu, Lev Yashin. Ketika itu mereka berhasil menahan Uni Soviet 0-0. Namun pada akhirnya Indonesia harus kalah dengan skor 4-0 pada pertandingan kedua. Prestasi ini adalah prestasi tertinggi Indonesia dalam sejarah sepak bola di Indonesia.
Pada tahun 1958, Indonesia juga merasakan hasil terbaik di Kualifikasi Piala Dunia 1958 dimana Indonesia berhasil mengalahkan Chinapada ronde pertama. Namun mereka menolak untuk bertanding melawan Israel pada ronde kedua dikarenakan alasan politis. Sejak saat itu, Indonesia tidak pernah ikut dalam kualifikasi piala dunia hingga tahun 1970.
Uniknya, setelah bertanding di kualifikasi piala dunia, Indonesia berhasil meraih medali perunggu di Asian Games 1958 setelah pada perebutan tempat ketiga berhasil mengalahkan India 4-1.
[sunting]
Era 1960-1970
Pada era ini, lahirlah pesepak bola Indonesia yang terkenal di Asia antara lain Soetjipto Soentoro, Max Timisela, Jacob Sihasale, Kadir,Iswadi Idris, Andjiek Ali Nurdin, Yudo Hadianto, dll. Diantara mereka yang paling fenomenal adalah Soetjipto Soentoro. Ia adalah pemain tersukses di Indonesia dengan membawa Indonesia menjadi raja sepak bola Asia.
Ketika itu Indonesia berhasil menjuarai berbagai turnamen yaitu Turnamen Merdeka 1961, 1962, 1969, Piala Emas Agha Khan 1966, dan Piala Raja 1968. Indonesia juga berhasil meraih medali perak dalam Asian Games 1966.
Bahkan pemain Indonesia ada yang dipanggil AFC untuk menjadi bagian dari skuat Asia All Stars pada tahun 1967-1968. Mereka adalah Soetjipto Soentoro yang bertindak sebagai Penyerang Bayangan sekaligus sebagai kapten, Jacob Sihasale sebagai penyerang tengah, Iswadi Idris bertindak sebagai penyerang sayap kanan, dan Kadir sebagai penyerang sayap kiri. Ketika itu, mereka adalah kuartet tercepat yang pernah dimiliki Indonesia.
[sunting]
Era 1970-1990an
Era ini merupakan era dimana sepak bola Indonesia masih menjadi negara terkuat di Asia. Indonesia berhasil menjuarai Piala Pesta Sukan 1972 di Singapura untuk terakhir kali. Namun Indonesia sempat berjaya ketika mereka berhasil mengalahkan tim asal Amerika Latin, Uruguay.
Ketika itu Indonesia berhasil mengalahkan Uruguay dengan skor 2-1. Beruntung ketika itu, Indonesia memiliki pemain yang bertalenta yang sangat mumpuni seperti Ronny Paslah, Sutan Harhara, Ronny Pattinasarany, Risdianto, Andi Lala, Anjas Asmara, Waskito dan pemain bekas angkatan Soetjipto Soentoro.
Setelah itu sepak bola Indonesia berangsur mengalami penurunan. Terakhir mereka menjuarai SEA Games 1991 di Manila, Filipina. Di kualifikasi Piala Dunia, prestasi terbaik hanya diraih ketika Indonesia berhasil lolos ke putaran final. Namun harus kandas di tanganKorea Selatan dengan agregat 1-6.
Di Asian Games, Indonesia berhasil meraih medali perunggu setelah menembus semifinal tetapi kalah dari Kuwait pada partai perebutan tempat ketiga. Pemain pada masa itu yang terkenal adalah Ricky Yakobi. Tendangannya volinya yang mengejutkan lawan ketika Indonesia melawan Uni Emirat Arab dengan jarak yang cukup jauh di luar kotak penalty.
[sunting]
Piala Asia
Di kancah Piala Asia Indonesia pertama kali tampil di putaran final pada tahun 1996 di Uni Emirat Arab (UAE). Indonesia berhasil membuat kejutan di pertandingan pertama dengan berhasil menahan imbang Kuwait 2-2, tetapi akhirnya tersingkir di penyisihan grup setelah kalah 2-4 dari Korea Selatan dan kalah 0-2 dari tuan rumah UAE. Indonesia meraih kemenangan pertama pada tahun 2004 diChina setelah menaklukkan Qatar 2-1. Yang kedua diraih ketika mengalahkan Bahrain dengan skor yang sama tahun 2007, saat menjadi tuan rumah turnamen bersama Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
[sunting]
Piala AFF
Di kancah Asia Tenggara sekalipun, Indonesia belum pernah berhasil menjadi juara Piala AFF (dulu disebut Piala Tiger) dan hanya menjadi salah satu tim unggulan. Prestasi tertinggi Indonesia hanyalah tempat kedua pada tahun 2000, 2002, dan 2004, dan 2010 (dan menjadikan Indonesia negara terbanyak peraih runner-up dari seluruh negara peserta Piala AFF). Di ajang SEA Games pun Indonesia jarang meraih medali emas, yang terakhir diraih tahun 1991.
[sunting]
Kostum
Kostum tim nasional Indonesia tidak hanya merah-putih sebab ada juga putih-putih, biru-putih, dan hijau-putih. Menurut Bob Hippy, yang ikut memperkuat timnas sejak tahun 1962 hingga 1974, kostum Indonesia dengan warna selain merah-putih itu muncul ketikaPSSI mempersiapkan dua tim untuk Asian Games IV-1962, Jakarta.
Saat itu ada dua tim yang diasuh pelatih asal Yugoslavia, Toni Pogacnic, yakni PSSI Banteng dan PSSI Garuda. Yang Banteng, yang terdiri dari pemain senior saat itu, seperti M. Zaelan, Djamiat Dalhar, dan Tan Liong Houw, selain menggunakan kostum merah-putih juga punya kostum hijau-putih. Sedangkan tim Garuda, yang antara lain diperkuat Omo, Anjik Ali Nurdin, dan Ipong Silalahi juga dilengkapi kostum biru-putih. Tetapi, setelah terungkap kasus suap yang dikenal dengan "Skandal Senayan", sebelum Asian Games IV-1962, pengurus PSSI hanya membuat satu timnas. Itu sebabnya, di Asian Games IV-1962, PSSI sama sekali tidak mampu berbuat apa-apa karena kemudian kedua tim itu dirombak. Selanjutnya digunakan tim campuran di Asian Games.
Mulyadi (Fan Tek Fong), asisten pelatih klub UMS, yang memperkuat timnas mulai tahun 1964 hingga 1972, menjelaskan bahwa setelah dari era Asian Games, sepanjang perjalanan timnas hingga tahun 1970-an, PSSI hanya mengenal kostum merah-putih dan putih-putih. Begitu juga ketika timnas melakukan perjalanan untuk bertanding di sejumlah negara di Eropa pada tahun 1965. Saat itu setiap kali bermain, tim nasional hanya menggunakan merah-putih dan putih-putih dengan gambar Garuda yang besar di bagian dada hingga ke perut. Seragam hijau-putih kembali digunakan saat mempersiapkan kesebelasan pra-Olimpiade 1976, dan kemudian digunakan pada arena SEA Games 1981 Manila. "Begitu juga ketika Indonesia bermain di Thailand, di mana saat itu Indonesia menjadi runner-up Piala Raja 1981," kata Ronny Pattinasarani yang memperkuat PSSI tahun 1970-1985.
Di Piala Asia 2007 yang digelar mulai 8 Juli hingga Minggu 29 Juli, Nike juga telah mendesain kostum tim nasional Indonesia, tetapi kali ini bukan hijau-putih, melainkan putih-hijau. Tentu tetap dengan detail yang sama, seperti Garuda yang selalu bertengger di dada.
Dan pada kostum Timnas Indonesia terakhir yang dibuat Nike pada 2010 untuk Piala Suzuki AFF 2010, motif baru kembali diperkenalkan. Pada kostum ini, terdapat Burung Garuda besar yang membentang hampir di seluruh bagian depan kostum yang tidak berwarna tetapi memiliki garis-garis yang memiliki warna hitam cenderung abu-abu. Sementara pada kostum kedua yang berwarnaPutih-Hijau, terdapat motif yang sama, tetapi garis-garis pada burung Garuda berwarna abu-abu muda.
[sunting]
Rekor turnamen
[sunting]Rekor penampilan di Piala Dunia FIFA
[sunting]Rekor penampilan di Piala Asia AFC
|
[sunting]
Rekor penampilan di Kejuaraan Sepak Bola ASEAN
Kompetisi ini dulu dikenal sebagai Tiger Cup
|
[sunting]
Baru dipanggil
Berikut merupakan para pemain yang juga dipanggil ke dalam skuat Indonesia dalam dua belas bulan terakhir dan masih dapat berpartisipasi untuk seleksi.
Pos. | Pemain | Tanggal lahir (Umur) | Penampilan | Gol | Klub | Panggilan Terakhir | ||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
GK | Syamsidar | 15 Juli 1982 | 4 | 0 | Unattached | v Vietnam, 16 Oktober 2012 | ||
GK | Markus Haris Maulana | 14 Maret 1981 | 38 | 0 | PSMS Medan (IPL) | v Filipina, 5 Juni 2012 | ||
GK | Jandia Eka Putra | 14 Juli 1987 | 0 | 0 | Semen Padang | Piala Internasional Palestina 2012 | ||
GK | Andi Muhammad Guntur | 31 Oktober 1990 | 1 | 0 | PSM Makassar | v Bahrain, 29 Februari 2012 | ||
DF | Hengky Ardiles | 20 Mei 1981 | 5 | 0 | Semen Padang | v Vietnam, 16 Oktober 2012 | ||
DF | Diego Michiels | 8 Agustus 1990 | 2 | 0 | Persija Jakarta (IPL) | v Vietnam, 16 Oktober 2012 | ||
DF | Rusdiansyah | 14 Agustus 1985 | 0 | 0 | Persis Solo (LPIS) | v Vietnam, 15 September 2012 | ||
DF | Satrio Syam | 1 Oktober 1986 | 1 | 0 | PSM Makassar | v Filipina, 5 June 2012 | ||
DF | Abdul Rahman | 14 Mei 1988 | 1 | 0 | Sriwijaya | v Bahrain, 29 Februari 2012 | ||
DF | Gunawan Dwi Cahyo | 20 April 1989 | 1 | 0 | Arema Indonesia (IPL) | v Bahrain, 29 Februari 2012 | ||
DF | Rasul Zainuddin | 10 Desember 1990 | 0 | 0 | PSM Makassar | v Bahrain, 29 Februari 2012 | ||
DF | Sigit Meiko Susanto | 25 Mei 1990 | 0 | 0 | Persibo Bojonegoro | v Bahrain, 29 Februari 2012 | ||
MF | Arthur Irawan | 3 Maret 1993 | 0 | 0 | Espanyol B | v Cameroon U23, 17 November 2012 | ||
MF | Hendra Bayauw | 23 Maret 1993 | 5 | 2 | Semen Padang | v Vietnam, 16 Oktober 2012 | ||
MF | Jajang Paliama | 6 Juni 1984 | 3 | 0 | Semen Padang | v Vietnam, 16 Oktober 2012 | ||
MF | Lucky Wahyu | 1 April 1990 | 1 | 0 | Persija Jakarta (IPL) | v Filipina, 5 Juni 2012 | ||
MF | Rusdi Malawat | 20 September 1988 | 1 | 0 | Persija Jakarta (IPL) | v Filipina, 5 Juni 2012 | ||
MF | Slamet Nurcahyo | 11 Juli 1983 | 2 | 0 | Persiba Bantul | Piala Internasional Palestina 2012 | ||
MF | Abdul Musawir | 18 Mei 1984 | 0 | 0 | Persiraja Banda Aceh | Piala Internasional Palestina 2012 | ||
MF | Kim Jeffrey Kurniawan | 23 Maret 1990 | 0 | 0 | Persema Malang | Piala Internasional Palestina 2012 | ||
MF | Aditya Putra Dewa | 11 Juni 1990 | 1 | 0 | PSM Makassar | v Bahrain, 29 Februari 2012 | ||
MF | Rendy Irawan | 26 April 1987 | 1 | 0 | Persebaya 1927 | v Bahrain, 29 Februari 2012 | ||
MF | Ricky Ohorella | 31 Desember 1990 | 1 | 0 | Semen Padang | v Bahrain, 29 Februari 2012 | ||
MF | Abdul Abanda Rahman | 20 Februari 1990 | 0 | 0 | Madiun Putra | v Bahrain, 29 Februari 2012 | ||
FW | M. Nur Iskandar | 7 Desember 1986 | 4 | 0 | Semen Padang | v Vietnam, 16 Oktober 2012 | ||
FW | Titus Bonai | 4 Maret 1989 | 4 | 0 | Semen Padang | v Vietnam, 15 September 2012 | ||
FW | Yosua Pahabol | 7 November 1993 | 0 | 0 | Semen Padang | v Vietnam, 15 September 2012 | ||
FW | Patrich Wanggai | 27 Juni 1988 | 1 | 1 | Persipura Jayapura | v Filipina, 5 Juni 2012 | ||
FW | Ferdinand Sinaga | 18 September 1988 | 4 | 0 | Persisam Putra Samarinda | v Bahrain, 29 Februari 2012 |
|}
[sunting]
Daftar Pemain Dalam Proses Naturalisasi
[tampilkan]Nama | Tanggal Lahir (Umur) | Klub | Penampilan (Gol)2 |
---|
[sunting]
Pemain Terkenal
- Abdul Kadir
- Achmad Nawir
- Ahmad Bustomi
- Aji Santoso
- Anang Ma'ruf
- Andik Vermansyah
- Anjas Asmara
- Ansyari Lubis
- Arif Suyono
- Atep
- Alexander Pulalo
- Bambang Nurdiansyah
- Bambang Pamungkas
- Bima Sakti Tukiman
- Boaz Salossa
- Budi Sudarsono
- Charis Yulianto
- Christian Gonzales
- Cris Yarangga
- Eduard Ivakdalam
- Elie Eboy
- Eka Ramdani
- Ferdinand Sinaga
- Firman Utina
- Firmansyah
- Fachry Husaini
- Greg Nwokolo
- Hendro Kartiko
- Herry Kiswanto
- Hermansyah
- Hamka Hamzah
- Irfan Bachdim
- Ismed Sofyan
- Iswadi Idris
- Ilham Jaya Kesuma
- Javier Van Dana
- Jendri Pitoy
- Johannes Auri
- Kurnia Sandy
- Kurnia Meiga Hermansyah
- Kurniawan Dwi Yulianto
- Lasdi Arman
- Lukman Santoso
- Maman Abdurrahman
- Marzuki Nyakmad
- Max Timisela
- Muhammad Ilham
- M. Mardhi Nugroho
- Muhammad Nasuha
- Muhammad Ridwan
- Mulyadi
- Nasrul Koto
- Oktovianus Maniani
- Ortizan Solossa
- Oyong Liza
- Patrich Wanggai
- Ponaryo Astaman
- Ponirin Mekka
- Ramang
- Ricardo Salampessy
- Ricky Yacob
- Risdianto
- Robby Darwis
- Rocky Putiray
- Roni Wabia
- Ronny Pattinasarani
- Ronny Paslah
- Rully Nere
- Sain Irmis
- Sergio van Dijk
- Singgih Pitono
- Soetjipto Soentoro
- Stefano Lilipaly
- Sugiantoro
- Suhatman Imam
- Sutan Anwar
- Syamsul Bachri Chaeruddin
- Syamsir Alam
- Tan Liong Houw
- Titus Bonai
- Victor Igbonefo
- Widodo Cahyono Putro
- Yacob Sihasale
- Yericho Christiantoko
- Yeyen Tumena
- Zaenal Arief
- Zulkarnaen Lubis
[sunting]
Penampilan Terbanyak
# | Pemain | Karier | Penampilan | Gol |
---|---|---|---|---|
1 | Bambang Pamungkas | 1999–sekarang | 78 | 38 |
2 | Soetjipto Soentoro | 1965-1970 | 68 | 57 |
3 | Ponaryo Astaman | 2003–2010 | 61 | 2 |
4 | Kurniawan Dwi Yulianto | 1995–2005 | 60 | 31 |
= | Hendro Kartiko | 1996–2011 | 57 | 0 |
6 | Bima Sakti | 1995–2001 | 56 | 11 |
7 | Widodo C Putro | 1991–1999 | 55 | 15 |
8 | Robby Darwis | 1987–1997 | 53 | 6 |
= | Ismed Sofyan | 2000-2009 | 53 | 3 |
= | Agung Setyabudi | 1993–2004 | 53 | 1 |
* Bambang Pamungkas caps (gol) 88 (42) termasuk pertandingan non-FIFA (etc. melawan Klub dan Timnas U-23).
[sunting]
Pencetak gol terbanyak
# | Nama | Karier | Gol (penampilan) | Rata/Pertandingan |
---|---|---|---|---|
1 | Soetjipto Soentoro | 1965–1970 | 57 (68) | 0.49 |
2 | Bambang Pamungkas | 1999–sekarang | 36 (77) | 0.47 |
3 | Kurniawan Dwi Yulianto | 1995–2005 | 31 (60) | 0.52 |
4 | Rocky Putiray | 1991–2004 | 17 (41) | 0.41 |
5 | Budi Sudarsono | 2001–2009 | 16 (46) | 0.35 |
6 | Widodo C. Putro | 1991–1999 | 15 (55) | 0.27 |
7 | Fachry Husaini | 1988–1997 | 13 (42) | 0.31 |
= | Uston Nawawi | 1997–2004 | 13 (43) | 0.30 |
= | Ilham Jayakesuma | 2004–2007 | 13 (18) | 0.72 |
10 | Zaenal Arif | 2002–2007 | 12 (22) | 0.55 |
11 | Bima Sakti | 1995–2001 | 11 (56) | 0.2 |
* Bambang Pamungkas caps (gol) 88 (42) termasuk pertandingan non-FIFA (etc. melawan Klub dan Timnas U-23).
[sunting]
Kapten
Pemain | Periode |
---|---|
Soetjipto Soentoro | 1965-1970 |
Iswadi Idris | 1970-1971 |
Anwar Ujang | 1971-1974 |
Iswadi Idris | 1974-1980 |
Ronny Pattinasarany | 1980-1985 |
Herry Kiswanto | 1985–1987 |
Ricky Yacobi | 1987–1990 |
Ferril Raymond Hattu | 1991–1992 |
Robby Darwis | 1993–1995 |
Sudirman | 1996 |
Robby Darwis | 1997 |
Aji Santoso | 1998–2000 |
Bima Sakti | 2001 |
Agung Setyabudi | 2002-2004 |
Ponaryo Astaman | 2004-2008 |
Charis Yulianto | 2008–2010 |
Firman Utina | 2010–2011 |
Bambang Pamungkas | 2011–2012 |
Syamsidar | 2012 |
Elie Aiboy | 2012-sekarang |
[sunting]
Rekor Turnamen
- Partisipasi Terbanyak di Piala Asia: Hendro Kartiko (1996, 2000, 2004), Ismed Sofyan & Bambang Pamungkas (2000, 2004, 2007)
- Penampilan Terbanyak di Piala Asia: Hendro Kartiko (8)
- Partisipasi Terbanyak di Piala AFF: Hendro Kartiko (1998, 2000, 2002, 2004, 2007)
- Penampilan Terbanyak di Piala AFF: Kurniawan Dwi Julianto, Hendro Kartiko, Bambang Pamungkas (21)
- Gol Terbanyak di Piala AFF: Kurniawan Dwi Julianto (13)
[sunting]
Referensi
- ^ Data pertandingan Indonesia di RSSF
- ^ Data pertandingan Indonesia di RSSF
- ^ Mimpi Manis Piala Dunia 1938, Kompasiana.com
- ^ Kisah Indonesia di Piala Dunia, Vivanews.com
- ^ "Fixtures Results". FIFA. Diakses pada 5 Desember 2010.
- ^ "Head-to-Head Search". FIFA. Diakses pada 2 Desember 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar